Kupang,LikuraiOnline.id--Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan Pameran Museum Temporer Budaya Maritim di NTT dengan Tema “Nenek Moyangku Orang Pelaut”
Kegiatan yang digelar kantor UPTD Museum NTT itu berlangsung pada tanggal 8 hingga 11 November 2023 dibuka oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Sulastri Rasyid,S.Pi.,M.Si. Pada kegiatan tersebut, UPT Museum NTT menampilkan 60 koleksi yang bernuansa Maritim dan panggung hiburan bagi masyarakat.
Ketua Panitia sekaligus Kepala UPTD Museum pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Aplinuksi Meximus A. Asamani,S.Sos.,M.Si pada kesempatan itu menjelskan, museum di NTT telah mengumpulkan banyak benda-benda budaya yang digunakan oleh para leluhur. Benda-benda yang dikumpulkan tersebut merupakan peninggalan bangsa di masa lampau.
Ia memnjelaskan, koleksi-koleksi benda buadaya yang telah dikumpulkan dari masyarakat disimpan dan dirawat dengan baik dan dapat dipamerkan kepada masyarakat seperti yang kita laksanakan pada kesempatan ini.
“Para pengelola museum berusaha menyelamatkan warisan budaya bangsa agar para penerus bangsa dimasa sekarang dan masa yang akan datang menyaksikan warisan budaya nenek moyang tempo dulu,”katanya.
Ia menjelaskan, Pameran Museum yang gelar bersifat edukatif dan rekreatif dengan mengangkat topik sesuai dengan potensi koleksi yang kita dimiliki di Provinsi Nusa Tenggara Timur .
“Pameran museum temporer tradisi maritim mengangkat tema nenek moyangku orang pelaut. Hendaknya menggugah kita semua agar bangga dengan tradisi melaut yang dilakukan oleh nenek moyang kita dan nilai-nilai budaya maritim terus tertanam dalam praktek kehidupan kita masyarakat NTT,”katanya.
Dijelaskan pada pameran kali ini UPTD Museum NTT akan mengkolaborasikan benda-benda museum dengan budaya yang bernuasa maritim sehingga sebagai anak daerah bangga dengan produk daerah sendiri.
Benda-benda koleksi maritim seperti buli, kapal nelayan, pukat, bubi ikat, paledang, tempuling dan cerita budaya NTT seperti penangkapan nyale di Sumba, perayaan Hole di Sabu, penangkapan secara tradisional paus di Lamalera yang dipamerkan dalam ruang pameran UPTD Museum NTT memiliki makna dan nilai budaya yang akan disampaikan kepada siswa, pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas agar menunjukkan rasa bangga dan cinta budaya bangsa bahkan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah penyebarluasan informasi tentang tradisi budaya maritim sebagai warisan budaya nenek moyang serta nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya pada siswa, pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas.
Kemudian perwujudan peran museum sebagai lembaga pelestarian budaya, tempat belajar dan rekreasi yang mendidik.
Selain itu menanamkan rasa memiliki, cinta dan bangga terhadap kebudayaan tersendiri dengan melibatkan siswa, pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas secar aktif dalam kegiatan pameran ini.
Dia menambahkan yang menjadi Kurator Pameran Temporer Budaya Maritim di NTT adalah Dra. Rosalia Idam. “Jadi kita di museum ad yang disebut dengan tenaga teknis dan tenaga ahli museum. Beliau adalah Sekertaris Amida Provinsi NTT,”katanya.
Untuk diketahui nilai-nilai yang terkandung dalam benda-benda museum dapat dipertahankan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Penyelamatan dan pelestarian budaya bangsa ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.
Dalam pasal 18 ayat 2 mengatakan posisi museum sebagai lembaga yang melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa benda, bangunan dan atau struktur yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya atau yang bukan cagar budaya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Sulastri Rasyid,S.Pi.,M.Si mengatakan, saat ini perhatian dan minat untuk berkunjung ke museum begitu tinggi.
Hal ini tentunya memberikan angin segar pada lembaga-lembaga museum untuk lebih terpacu dalam memposisikan perannya sebagai lembaga pewarisan nilai-nilai budaya.
Dengan dinamika yang ada bisa memberikan wacana baru bagi penyelenggara museum untuk merubah pandangan orientasi koleksi kepada masyarakat (publik).
Gagasan ini menempatkan museum sebagai alat pendidikan dalam pelayanan pembangunan sosial bahwa museum telah mencapai arti sosial dan memberikan kontribusi yang konkret kepada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sulastri mengatakan, pameran merupakan sebuah media komunikasi yang utama dalam lembaga museum.
Dan lebih menekankan pada aspek kreativitas untuk menciptakan proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis dan terjadi interaktif komunikasi antara pameran dan pengunjung.
Dikatakan, koleksi yang ditampilkan dalam pameran tersebut dalam bentuk kontkes lebih luas dan tidak terbatas dalam informasi tentang koleksi itu sendiri.
Dengan demikian pendirian sebuah museum memiliki tujuan utama adalah melestarikan warisan budaya bangsa meliputi aspek perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda-benda koleksi untuk masyarakat.
Dijelaskan, museum mengembangkan konsep pameran untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat tentang informasi dan pengetahuan.
“Negara kita Indonesia sejak dulu telah dikenal sebagai negara maritim dimana kegiatan pelayaran dan perdagangan dilakukan di laut atau bergerak di sektor perairan,”ungkapnya.
Dipaparkan, Indonesia memiliki 1.192 pulau yang mana 432 pulau sudah bernama dan 42 pulau yang sudah dihuni dengan panjang garis pantai kurang lebih 5.700 km2.
‘Dengan garis pantai sebesar itu kita berharap bahwa sebagai penduduk NTT yang merupakan miniatur dari Indonesia karena 2/3 wilayah NTT adalah laut maka kami dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT ingin mengajak bahwa kita semua harus melihat ke laut jangan berpaling dari laut atau membelakangi laut,”ajaknya.
Lebih lanjut kata dia, sebenarnya potensi dari Kelautan dan Perikanan sangat menjanjikan. Karena Tuhan sudah memberikan dunia laut dalam keadaan lengkap tanpa harus menanam dan memberi pupuk tetapi tinggal mengambil hasilnya dengan konsekuensinya harus menjaga supaya sumber daya yang ada didalamnya tetap lestari dan suatu saat anak cucu bisa tidak hanya mengenang bahwa nenek moyang adalah pelaut namun mereka juga bisa mengenal semua sumbe daya yang ada didalam laut itu sendiri.
“Sebagai orang kelautan dan perikanan saya mengajak kita semua untuk hidup menghadap ke laut,”bebernya.
Dia menambahkan dengan digelarnya pameran bertemakan budaya maritim tersebut telah mengangkat derajat para pelaut dengan semboyan nenek moyangku pelaut. Usai acara pembukaan dilanjutkan dengan kunjungan ke stand yang telah disediakan dalam ruang gedung museum. (Yuser)